MENUJU KEBENARAN BUKAN PEMBENARAN
Menuju Kebenaran Bukan Pembenaran
(Jangan engkau debat aku, jika engkau tak suka padaku maka tinggalkan. Jika ingin menegurku, lewatlah jalur pribadi).
Oleh : Akhy Untung Prasetyo (Falah Amnan Al Islam)
----------------------------------------
----------------------------------------
Bismillah,
Assalamu'alikum Muslim...
Ini perjalanan keadaan Agama seseorang dalam kenyataan perjalanannya, yang mana berangkat dari ketidaktahuan hingga sedikit mengenal kebenaran yang sesuai dengan apa yang haq, seperti yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya yaitu yang sesuai dengan Al Qur'an dan As Sunnah.
Awal berangkat mengenal Agama dari masa mumayyiz telah belajar dari guru dimasjid masjid belajar membaca Al Qur'an. Ditempat kami Mayoritas pengajar dan masjid masjid disekitar dengan pengajar dari Oraganisasi kebanggaan kami dulu dari umat NU. Meskipun dikota kami adalah tempat tanah kelahiran Ormas Muhammadiyah.
Hingga umur menginjak 20 tahun lebih kami mengamalkan apa yang diajarkan oleh guru-guru kami, tak asing bagi kami terdengar apa-apa yang ada dituliskan baik pada grup-grup facebook yang ada ataupun akun teman-teman kami dari Organisasi terbesar dinegeri kita Indonesia yaitu NU.
Saya sendiri aktif dalam kegiatan keagamaan di Masjid-Masjid, dengan adanya seperti Maulid Nabi, Peringatan Isra' Mi'raj, Nuzulul Qur'an, pengajian Habib Syeikh, Assegaf, dan lain sebagainya. Saya juga pernah melewati shalawatan, Qosidahan, Berdakwah dengan Musik, Mendengar lantunan Musik shalawat hingga tubuh bergerak menggoyang goyangkan sedemikian mantapnya. Merinding terdengar bagusnya syair shalawat, tabuhan alat mausiknya, tak jarang menimbulkan antara rindu Rasul atau Kesedihan yang teramat hingga menetes air mata dengan dibarengi tangisan yang mengiringi lantunan bunyi kalimat shalawat.
Hingga satu saat datang seorang Ustadz Muda dengan titiel M.Ag dari bandung masuk kedalam jamaah kami yang mana hingga sekarang saya masih kendengar kajiannya baik face to face, lewat media sosial, komunikasi dua arah, ataupun mendengar kajiannya lewat pesawat radio tiap minggunya.
Beliau masih muda, dibawah umur dari guru-guru kami. Beliau sangat santun, pelan menyampaikan dengan keramahan sangat menjaga hati,njelaskan apa apa yang berasak dari dua Sumber perkara dengam selaku mengutip Al Hadits yang di syarah (dijelaskan) oleh baik para Ulama jaman dulu sampai Ulama di abad ini.
Dengan datangnya seorang Ustadz Muda asal Bandung ini, mulailah perjalanan Agama saya yang sesungguhnya.
BERONTAK DENGAN APA YANG DIBAWAKAN OLEH USTADZ MUDA ASAL BANDUNG AJARKAN
Mulai kemunculan Ustadz muda ini, kami sangat senang pada awal mulanya, karena bertambah kita bersama-sama memakmurkan Masjid tempat peribadahan masyarakat.
Namun setelah pelan-pelan kami mendengarkan tausyiahnya, kami terasa geram karena apa yang beliau ajarkan sangat bertolak belakang apa yang telah menjadi tradisi setiap tahunnya kami.
Awal pertama pada hari penyelenggaraan acara tahunan seperti peringatan Nuzulul Qur'an mulai tidak diselenggarakan oleh DKM masjid, kami selaku pemuda dan sebagian besar dari masyarakat kami sangat benci oleh yang Ustadz keluarkan, hingga acara tradisi tidak dilaksanakan.
Kami sangat marah acara perbuatan yang menurut kami adalah baik, sudah mulai dihapuskan.
Tak jarang kami lontarkan umpatan-umpatan, lecehan, olokan, bahan tertawaan kami yang kami tujukan kepada Ustadz muda ini.
Namun demikian ketika bertatap maka, sering ketemu di jamaah masjid, sering mendengar kajiannya, kami mulai pnasaran apa dan bagaimana yang sebenarnya dibawakan olehnya mnyimpan ataukah diatas kebenaran.
Dengan terbiasa kami bertemu, ada satu saat yang mana sangat menusuk dalam-dalam dihati saya. Satu pertanyaan yang saya lontarkan berharap dijawabnya (Ustadz) bukan jawaban yang saya terima, melainkan satu pertanyaan balik ditujukan kepada saya.
Waktu itu saya penasaran dengan apa yang dibawanya, saya bertanya:
"Ustadz, ajarkan kami hadits. Saya tau dan belajar dengan Ustadz?"
Ustadz pun menjawab pertanyaan balik, Ustadz menjawab :
"Yah, Antum bagaimana aqidahnya, tauhidnya, Al Qur'annya. Sudah Antum pelajari belum? Blajar Agama itu Antum belajar Aqidah dan Ak Qur'an, setelah itu baru belajar yang lainnya"
Saya terdiam, beberapa saat kemudian Ustadz mngucapkan salam dan lalu pergi.
Dari sini apakah saya langsung tergugah blajar aqidah dari apa yang dimaksud beliau (Ustadz) ini? Jawabannya, tidak. Saya masih jauh belum sempat ingin mempelajarinya.
AWAL MELIHAT DAN MEMAHAMI AGAMA DARI DUA SISI PENDAPAT YANG BERLAWANAN
Setelah beberapa bulan atau lebih kurang dalam setahun dari perkataan pertanyaan Beliau Ustadz ini, saya memulai aktif pada grup-grup Islami.
Grup yang pertama-tama adalah grup NI'AT BELAJAR ISLAM, HUJJAH WAHHABI VS HUJJAH ASWAJA, dan disusul grup-grup sejenisnya.
Saya sangat memperhatikan menyimak apa-apa yang terlontar setiap status pada grup. Sangat cocok sekali dalam perdebatan dalam hujjah hujjah member utarakan.
Yang mana saya beberapa waktu sangat mendukung dengan ala yang dilontarkan oleh sesama member Aswaja yang mana satu pemahaman dengan saya. Dengan masih mempunyai rasa marah dengan apa yang dikeluarkan diajarkan oleh Beliau Ustadz Muda dari Bandung itu yang mana mempengaruhi tradisi kami dalam melakukan hari-hari perayaan tahunan yang ditinggalkan, saya sangat mantap dengan melakukan perlawanan an membela perayaan-perayaan atas nama Islam seperti Maulid, Peringatan Nuzulul Qur'an dan yang sejenisnya.
Dan tidak terlepas saya sendiri juga sangat tegas dan keras meneriakkan apa yang ditriakkan teman teman kami dari Aswaja, seperti peringatan berbahayanya Aqidah Wahhabi, sesatnya pmahaman Wahhabi.
Sampai di pengetahuan ini, saya merasa benarnya apa yang telah saya pahami di Agama yang saya kerjakan pada saat itu.
Semangat beragamanya saya sangat tinggi, sehingga hati saya tergerak selalu untuk terus membaca baik pada media sosial baik facebook maupun artikel islami diiringi kajian rutin di tempat tinggal saya sendiri.
Hingga satu saat saya temukan sebuah Post dari seorang perempuan Aswaja, yang mana dia mengatakan juga sangat membenci terhadap kelompok Wahhabi. Perempuan ini mnyatakan dengan jelas bahwa dalam hitungan hari, yang mana awal mulanya mengatakan Wahhabi pmahaman sesat menyesatkan yang dibawakan oleh para Ulama abad ini salah satunya yang sangat sering disebut adalah Imam Al Albani atau Aay Syaikh Muhammad Nashirudin Al Albani.
Perempuan tersebut mengatakan,
"Saya sangat membenci Wahhabi, saya tidak suka dengan apa yang telah sampai kepada saya. Namun, sepulangnya Ayah saya dari Umrah/Haji Ayah saya diberi beberapa buku karangan dari para Ulama yang ada di KSA (Kerajaan Arab Saudi). Setelah berbulan-bulan buku itu tergeletak di rak buku, pada awal mulanya saya enggan untuk membacanya. Namun saya mempunyai rasa penasaran itu seperti apa buku para Ulama Wahhabi, yang mana santer banyak terdengar bahwa Wahhabi sangat merusak Aqidah dalam Agama. Akhirnya saya membaca buku itu, saya ambil saya pelajari. Setelah selesai membacanya beberpa buku itu, isinya sangat bagus, tidak sama dengam apa yang selama ini terdengar di Grup ini (HUJJAH WAHHABI VS HUJJAH ASWAJA). Maka saya (siperempuan ini) mengatakan bahwa Wahhabi saya baca dibuku dari Ulama Wahhabi ini tidak sama dengan kabar Wahhabi yang ada dikabarkan pada Grup ini."
Kurang lebih isi post dari perempuan tadi di Grup HUJJAH WAHHABI VS HUJJAH ASWAJA ini adalah ingin menunjukkan bahwa apa yang dituduhkan tentang Wahhabi digrup tersebut tidak sama dengan Wahhabi yang ada di buku para Ulama KSA yang telah dibacanya.
Setelah membaca pernyataan dari perempuan ini, sontak saya merasakan pukulan berat dihati saya, betapa bodohnya saya ikut serta mengabarkan teriak dengan lantang bahayanya Wahhabi sesatnya Wahhabi, yang mana saya mendapatkan kabar yang mana belum tentu benar yang datang. Saya menyesal ikut menyuarakan bukan atas dasar ada ilmu, hanya ikut serta mnyuarakan bahaya Wahhabi tanpa mengetahui dari sumbernya, malah saya ambil pendapat dari para pembenci yang menyuarakan dari atas kebencian merekadwngan penuh nafsu bukan atas dasar ilmu yang ada.
Berangkat dari sini, saya merenungkan dari pengalaman yang sudah saya lewati, mulai dari aktif merayakan Maulid selaku Panitia, membenci terhadap Ustadz Muda yang dari bandung karena tidak mendukung bahkan memperingatkan bahaya merayakannya (acara tahunan seperti yang telah disebutkan diawal), hingga teriak lantang menyerukan bahaya Wahhabi.
Mulailah hati bertanya mana sejatinya kebenaran yang ada, saya mulai goyah keyakinan mendukung perayaan Maulid dll atau yang menentang merayakannya yang benar.
Mulai diposisi ini saya beberapa lama mengalami diam, tidak berkomentar banyak-banyak, dan menyibukkan diri membaca artikel, mendengar ceramah dll. Yang mana tadinya dari satu sisi pemahaman belajar Agama, sekarang mulai dalam posisi ini, dalam satu bab pembahasan saya kompilasi saya kumpulkan yang ada perbedaan pndapat disana saya kumpulkan beserta hujjah-hujjanya saya bandingkan dan saya tengahi dengan Al Qur'an dan Al Hadits yang telah disyarh (jelaskan) oleh para Ulama yang Muktabar, yang terkenal dengan ilmu dan keshalihannya.
Allah ta'ala pemberi petunjuk, secara tidak sadar dengan banyak yang telah dibandingkan ajaran mana yang mendekati dengam kebenagan mulai perlahan samar terlihat kebenarannya, semakin menggali perbedaan pendapat, semakin terang yang terlihat mana yang haq dan yang mana mengada-ada.
MasyaAllah, dengan melihat apa yang telah saya alami maka saya jatuh dan terhujam dipmahaman yag dipahami oleh para salafush shalih. Dengan Manhaj Salaf saya memantapkan bahwa inilah pemahaman yang haq. Yang benar, yang sesuai dengan apa-apa yang diingini oleh Allah fan Rasul-Nya.
Sampai pada pagi ini saya menulis, masih dan akan tetap teguh memegang memahami Agama dengan pemahaman Manhaj Salaf, dan saya tinggalkan juga saya berlepas diri dari Aqidah yang sebelumnya.
HANYA ALLAH LAH YANG MEMBERI PETUNJUK
HARAPAN :
Dengan adanya tulisan ini, saya berharap juga teman sahabat atau sesiapapun juga dapat tergerak hatinya untuk mencari KEBENARAN DALAM AGAMA, BUKAN MMPERTAHANKAN PEMBENARAN YANG ADA.
Dengan salah satu cara yang saya tempuh, yaitu dengan belajar dalam dua sisi atau lebih, pelajari dari sumbernya bukan belajar dari pendapat dan opini.
Turunkan egoisme, hilangkan gengsi, membuka hati menerima kebenaran, dan jangam menutup diri.
Hadanallah, semoga saya teman sekalian dan atau sahabat yang membaca ini diberi kemudahan dalam mencari ilmu, semangat dalam beragama, santun dalam sesama, berakhlakan Ak Qur'an, serta istiqomah dalam Ketakwaan.
Aamiin, semoga menjadikan manfaat bagi sesama...
Minggu pagi waktu terbaik Dhuha, Sonopakis Lor Yogyakarta
Comments
Post a Comment