ZAKAT DI BERIKAN KEPADA MERTUA

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Orang yang berhak menerima zakat, telah dijelaskan Allah dalam firman-Nya,

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan.” (QS. at-Taubah: 60)

Dan semua orang yang termasuk dalam 8 kriteria di atas, dia berhak mendapat zakat, selama dia bukan orang yang wajib kita nafkahi. At-Tuwaijiri menyatakan,

زكاة الرجل لا يجوز أن تدفع إلى زوجته؛ لأن نفقتها واجبة عليه، فتستغني بها عن أخذ الزكاة

Zakat seseorang tidak boleh diserahkan kepada istrinya. Karena nafkah istri menjadi kewajiban suami. Sehingga istri tidak perlu mengambil zakat dari suami. (Mausu’ah al-Fiqh al-Islami, 3/86)

Mertua atau keluarga istri secara umum, bukan termasuk orang yang wajib dinafkahi oleh seorang suami. Meskipun dianjurkan bagi suami untuk memperhatikan keadaan keluarga istrinya, sebagai bentuk mu’asyarah bil maruf (melakukan interaksi yang baik) kepada istrinya.

Ibnu Qudamah mengatakan,

روى الزهري أن رسول الله صلى الله عليه وسلم عرف عام حنين على كل عشرة عريفا، وإذا أراد إعطاءهم بدأ بقرابة رسول الله صلى الله عليه وسلم على ما روى عن عمر رضي الله عنه، ويقدم لأقرب فالأقرب ويقدم بني عبد العزى على بني عبد الدار، لأن فيهم أصهار رسول الله صلى الله عليه وسلم، لأن خديجة منهم

Az-Zuhri meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika peristiwa Hunain, beliau membagi komandan pleton untuk setiap satuan pasukan. Setiap kali beliau hendak memberikan sesuatu kepada mereka, beliau awali dari kerabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, menurut riwayat dari Umar. Beliau awali dari yang paling dekat. Beliau dahulukan Bani Abdil Uzza sebelum Bani Abdi Dar. Karena diantara mereka ada kerabat istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena Khadijah dari mereka (Bani Abdil Uzza). (al-Mughni, 7/309).

Kesimpulannya, memberikan zakat kepada mertua dibolehkan.

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits

Sumber: https://konsultasisyariah.com/27998-zakat-diberikan-ke-mertua.html

Comments

Popular posts from this blog

Anfiq unfiq alaik(a)

APAKAH MUNTAH BISA MEMBATALKAN PUASA

ENGKAU DAN HARTAMU ADALAH MILIK AYAHMU