TATHAYYUR DAN AL FA'LU

Al Fa’lu Mencakup Semua Yang Membuat Optimis Dalam Kebaikan

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ، وَيُعْجِبُنِي الفَأْلُ

“tidak ada penyakit menular, tidak ada thiyarah, dan al fa’lu membuatku kagum” (HR. Bukhari – Muslim)

Al Fa’lu adalah berangan-angan dan merasa optimis terhadap kebaikan. Al Fa’lu adalah lawan dari tathayyur atau thiyarah yaitu beranggapan sial terhadap sesuatu, sering disebut masyarakat kita dengan tahayul.

Contoh thiyarah adalah mengatakan:

“burung gagak itu terbang ke kiri, berarti kalau kita lewat jalan yang sebelah kiri akan sial”

“jangan berdiri di pintu, nanti kamu sulit jodoh“.

Ini adalah thiyarah dan ini terlarang dalam Islam. Nabi Shallallahu’alahi wasallam bersabda:

الطيرة شرك، الطيرة شرك، وما منا إلا، ولكن الله يذهبه بالتوكل

“thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, dan tidaklah itu muncul dari diri kita kecuali dalam benak saja, namun Allah akan menghilangkannya dengan tawakkal” (HR. Abu Daud no. 3850, At Tirmidzi no. 1614, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Adapun al fa’lu adalah kebalikan dari itu, seperti mengatakan:

“wah, alhamdulillah datang teman kita si Sahl (artinya mudah), insya Allah urusan kita akan mudah“.

“bayi saya senang dan tertawa kalau digendong pak guru, nampaknya dia akan menjadi anak pandai“.

Syaikh Muhammad Ali Farkus menjelaskan:

"Dan zahir hadits di atas (hadits tentang al fa’lu) adalah bermakna umum dan luas cakupannya mencakup semua kalimat yang merupakan jalan kebaikan. Maka al fa’lu tidak terbatas pada kalimat thayyibah saja namun juga mencakup semua hal yang membuat dada lapang dan mengangankan kebaikan. Baik itu berupa kalimat thayibah, atau (merasa optimis) karena nama yang baik, atau (merasa optimis) karena keberadaan orang yang shalih, atau (merasa optimis) karena lewat di tempat yang baik, ini semua termasuk dalam prasangka baik kepada Allah Ta’ala. Oleh karena itulah mengapa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menyukai al fa’lu, yaitu karena ia merupakan bentuk prasangka baik kepada Allah Ta’ala.

Dan poin lain yang menunjukkan bahwa al fa’lu tidak terbatas pada kalimat thayyibah adalah peristiwa Suhail bin Amr dalam perjanjian Hudaibiyah. Ketika Suhail akan bergabung untuk berunding bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, tatkala Rasulullah melihat Suhail datang beliau bersabda:

سُهِّلَ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ

“Perkara kalian akan dimudahkan”

Maka terjadilah sebagaimana yang diharapkan, yaitu dihasilkan kebaikan dengan kedatangan Suhail"

SELENGKAPNYA: https://muslimah.or.id/9630-al-falu-mencakup-semua-yang-membuat-optimis-dalam-kebaikan.html

***

Kunjungi juga https://kangaswad.wordpress.com
Join channel TG @fawaid_kangaswad dan @silsilahsahihah
Follow twitter @kangaswad
Subscribe channel youtube.com/yulianpurnama
Like fanspage Ulama Umat Islam, Terjemah Kitab dan Buku Komputer

Comments

Popular posts from this blog

Anfiq unfiq alaik(a)

APAKAH MUNTAH BISA MEMBATALKAN PUASA

ENGKAU DAN HARTAMU ADALAH MILIK AYAHMU