Ringkasan materi kajian di bawah ini sangat bagus dan bermanfaat sekali bagi para penuntut ilmu syar'i. Supaya tidak asal share, saya mengikuti saran yg populer sekarang, "tabayyun akhi", saya sdh tanyakan langsung via WA dg Ustadz Abdullah Zaen hafizhahullah, apakah benar ini isi kajian Beliau. Beliau menjawab singkat, "Na'am." Alhamdulillah, maka bismillah saya share.  Bagi yg membuat ringkasan ini, baik ikhwan, ustadz atau mungkin perempuan, siapa pun, terima kasih sekali atas usahanya yg bermanfaat.

===

[ Ngaji Tanpa Arah ]

Disarikan dari kajian ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA
Masjid Cipaganti Bandung

Ada dua bentuk ngaji tanpa arah:

*a. Level orang awam*
Ngaji yang tidak selektif. Asal ada pengajian, hadir. Tanpa mencari tahu tentang pemahaman, penguasaan ilmu, dan latar belakang dari pemateri/ustadz. Akhirnya menjadi bingung karena ilmu yang masuk menjadi bermacam-macam dan saling bertentangan.
Pada ulama terdahulu semisal Ibnu Sirin -rahimahullah mengatakan: Ilmu itu agama, maka lihat dari mana kalian mengambil agama kalian.

*b. Level orang yang sudah lama ngaji*
_Ciri yang pertama: Ngaji tidak pakai skala prioritas_
Pada dasarnya semua ilmu agama itu penting. Tapi tetap ada urutannya. Jangan ngaji materi yang kalah penting dan malah meninggalkan yang lebih penting. Dari sahabat Jundub bin Abdullah -radhiyallahu 'anhu- , beliau bercerita:

كنا غلمانًا حزاورة مع رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فتعلمنا الإيمان قبل القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيمانًا، وإنكم اليوم تعلمون القرآن قبل الإيمان

"Ketika kami masih kecil dulu, bersama Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-, kami belajar iman terlebih dahulu sebelum belajar Al Quran. Kemudian setelah itu kami belajar Al Quran, maka iman kami bertambah. Adapun kalian pada hari ini belajar Al Quran terlebih dahulu sebelum belajar tentang iman.."

Faidahnya: Belajar dulu tentang aqidah, tauhid, rukun iman... Itu yang paling pertama dan utama..

_Ciri yang kedua: Ngajinya tidak sistematis_
Maksudnya adalah, dari ilmu yang paling dasar. Selain itu harus dengan guru yang mumpuni ilmunya, dan sebagai murid harus sabar jangan ingin cepat-cepat. Karena belajar secara sistematis itu butuh waktu lama.

Jika ingin belajar sekali langsung banyak, maka akan langsung hilang banyak juga.

Makanya, ngaji rutin lebih baik daripada insidental/tematik seperti kajian seperti ini. Bahkan sekarang populer istilah ngaji kuliner -> Ngicip2 kajian, yang ini enak, yang itu gak enak. Padahal yang penting substansi (isi), bukan kemasan.

Keuntungan ngaji sistematis:

1. Ilmunya matang.
Al Ustadz memberi contoh pertanyaan: "Apakah orang lupa takbiratul ihram shalatnya sah?", ternyata di antara hadirin jawabannya masih berbeda-beda. Menunjukkan bahwa untuk hal yang sangat dasar saja mereka belum matang.

2. Tidak mudah terombang ambing di masa fitnah.
Misalnya ada pemberontakan kepada pemerintah yang sah walaupun zhalim, orang yang ngajinya sistematis tidak akan mudah terbawa.

3. Lebih cepat mengantarkan pada tujuan, yaitu surga.

Demikian kira2 ringkasan dari kajian tadi, yang diakhiri menjelang waktu zhuhur. Semoga ada manfaatnya.

===

Comments

Popular posts from this blog

Anfiq unfiq alaik(a)

APAKAH MUNTAH BISA MEMBATALKAN PUASA

ENGKAU DAN HARTAMU ADALAH MILIK AYAHMU